A Sejarah Desa Legenda Desa (Sasakala)
Desa Sukamaju Kecamatan Cihaurbruti merupakan desa yang berada di lereng atau kaki bukit Gunung Sawal yang termasuk di daerah kawasan Ciamis Utara dimana mata pencaharian penduduknya dari dulu hingga sekarang mayoritas bercocok tanam, adapun perbedaannya kalau dulu bercocok tanam dilakukan dengan peralatan yang sangat sederhana sama sekali belum ada peralatan yang modern seperti sekarang, jadi kadang-kadang masyarakatnya bercocok tanam hanya menghasilakan produk pertanian yang tumbuh secara alami dari tanah pegunungan sedangkan mulai tahun 1900 - sekarang sudah bisa bercocok tanam dengan menanamnya sendiri dan hasilnya bisa dijual, sehingga dapat menghasilkan penghasilan untuk kepentingan masyarakat desa itu sendiri.
Sumber lain menerangkan mulai dari tahun 1945 setelah Republik Indonesia Merdeka Penduduk Desa Sukamaju selain bercocok tanam atau bertani ada juga yang sudah mulai beternak hewan peliharaan seperti sapi,domba,kerbau,ayam dll.
Data lain menerangkan bahwa, Sukamaju mula-mula dengan nama Cibaruyan. Nama Cibaruyan sendiri diambil dari nama aliran sungai yang bernama sungai Cibaruyan. Sungai cibaruyan merupakan kumpulan dari selokan-selokan kecil yang berasal dari lereng-lereng bukit gunung sawal
B.Terbentuknya Desa Sukamaju
Catatan sejarah Desa Sukamaju semenjak masa Jabatan sesepuh Kampung yang bernama DENGKOL yang merupakan orang pertama yang menjadi sesepuh Desa Sukamaju yaitu pada sebelum tahun 1820 yang dipercaya oleh semua orang menjadi petinggi Desa ini sehingga disahkan menjadi Kepala Kampung atau sebutan lain Kepala Desa.
Sesepuh masyarakat Sukamaju atau Dengkol sangat peka terhadap keadaan yang sangat memprihatinkan pada saat itu, setelah mendapatkan kepercayaan dari masyarakat dan dinobatkan menjadi Kepala Desa sesepuh kampung atau dengkol secara bertahap membanguan tatanan pemerintahan meskipun secara sederhana guna mensejahterakan masyarakatnya pada saat itu, yang mayoritas hanya mengandalkan dari hasil bumi itu sendiri.
Daerah Sukamaju merupakan daerah yang subur untuk bercocok tanam sehingga selain penduduk asli lambat laun daerah ini juga didatangi oleh penduduk dari luar desa yang berkeinginan ikut bercocok tanam di kawasan ini, sehingga lambat laun kehidupan sosial budaya sudah mulai agak kompleks, adapun sumber lain pendapatan desa diantaranya: tanah bengkok(carik) hasil dari tanah titian desa, tanah milik desa.
Adapun nama-nama kepala desa pada masa penjajahan Belanda diantaranya:
Sedangkan kepala desa setelah kemerdekaan, diantaranya: